SEJARAH PRAMUKA DUNIA DAN INDONESIA
Pendidikan Kepramukaan di Indonesia
merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting. Kepramukaan
merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu
perlu diketahui sejarah perkembangan Kepramukaan di Indonesia. Kalau
kita mempelajari sejarah pendidikan kepramukaan kita tidak dapat lepas
dari riwayat hidup pendiri gerakan kepramukaan sedunia Lord Robert Baden
Powell of Gilwell. Hal ini disebabkan pengalaman beliaulah yang
mendasari pembinaan remaja di negara Inggris. Pembinaan remaja inilah
yang kemudian tumbuh berkembang menjadi gerakan kepramukaan.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan Gerakan Pramuka di Indonesia
adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960
tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Ketetapan dapat
ditemukan Pasal 330 C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang
kepanduan adalah Pancasila. Penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan
pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana
Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Supaya
Kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C
Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar pemerintah melaksanakannya. Karena
itulah Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan
tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di
Istana Negara.
Mencermati petikan dari sejarah pramuka yang ada saat ini yang
menyebutkan Lord baden Powell mendirikan Pramuka Internasional tidak
sepenuhnya benar. Karena pramuka yang dibentuk oleh Sukarno tidak suka
Pandu berbau ke-baden powell-an. Namun pramuka sekarang ketika kemudian
mengikuti Jambore Pandu dunia. SK-SK yang tidak relefan bagi keanggotaan
Pandu Dunia menyebabkan Pramuka Indonesia ogah dikunjungi Jambore
Dunia, justru Pandu Hizbul Wathan milik Muhammadiyah lebih relevan ke
arah Baden Powell. Tetapu adanya pertanyaan kenapa dulu menolak
Pandu-nya Baden Powell Namun ternyata sekarang mengekor dan mengakui
Baden Powell sebagai Bapak Pramuka Dunia.
Pramuka sendiri merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang
meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka
Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan,
Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing. Pramuka
merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka”
merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat
muda yang suka berkarya.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di
luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan
Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah
sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan
dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Scouting yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Kepramukaan.
Namun Pramuka di Indonesia dulunya tidak mau terpengaruh dengan Pramuka
dunia. Pramuka dunia dikembangkan oleh Lord Robert Boden Powell sebagai
cara membina kaum muda, setelah beliau berhasil mengatasi situasi dan
kondisi kaum muda di kota London pada tahun 1903. Saat beliau kembali ke
London sebagai pahlawan perang Boer. Pada saat itu, beliau menyaksikan
kota London yang menderita kehancuran ekonomi, dan sosial yang berdampak
pada kehidupan remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan, minuman
keras, dan tindakan kejahatan. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa
“…ini bukan kesalahan mereka. Mereka hanya membutuhkan sesuatu yang
dapat membuat mereka berguna…” (Robert Boden Powell oleh Courtney,
1992).
Upaya dan keberhasilan beliau itu mendapat sambutan dan perhatian luas
masyarakat Inggris, khususnya mereka yang peduli terhadap pembinaan
remaja. Boden Powell menerapkan Scouting, yang semula digunakan beliau
untuk melatih prajurit muda angkatan perang Inggris, bagi remaja Inggris
yang disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, situasi, dan kondisi
kaum muda Inggris saat itu. Pengalaman penerapan scouting tersebut di
ujicoba secara intensif dalam pelatihan 21 orang pemuda dengan berkemah
di pulau Brown Sea pada tanggal 25 Juli 1907, selama 8 hari. Pengalaman
keberhasilan Boden Powell sebelum, dan sesudah perkemahan di Brown Sea
beliau tulis dalam buku “Scouting for Boys” pada tahun 1908.
Buku Scouting for Boys tersebar ke seluruh dunia. Kepramukaan/Scouting
memperoleh pengakuan masyarakat dunia, khususnya para pendidik dan pakar
ilmu pendidikan, sebagai salah satu pendidikan nonformal yang efektif.
Sejak saat itu, berdirilah organisasi kepanduan (pandu) atau Boy Scout
Movement yang menyelenggarakan kepanduan/Scouting. Gerakan kepanduan
sebagai organisasi pendidikan nonformal tersebar di dunia bagi kaum
muda, yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan sebagai cara mencapai
tujuan pendidikan.
Masa Hindia Belanda
Sejarah Gerakan Pramuka Indonesia dimulai dari sejak masa saat Indonesia
dijajah Belanda sehingga bernama “Hindia-Belanda”. Kenyataan sejarah
menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai “saham” besar dalam
pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya
pendidikan kepanduan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan
kepanduan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun
terdapat gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang
“Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) pada tahun 1912, yang pada
saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri serta
kemudian berganti nama menjadi “Nederlands-Indische Padvinders
Vereeniging” (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia adalah
Javaansche Padvinders Organisatie; berdiri atas prakarsa S.P.
Mangkunegara VII pada tahun 1916. Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas
dengan pergerakan nasional. Terkait dengan kepramukaan di Indonesia juga
dikenal dengan adanya “Padvinder Muhammadiyah” yang pada 1920 berganti
nama menjadi “Hizbul Wathan” (HW); “Nationale Padvinderij” yang
didirikan oleh Budi Utomo. Syarikat Islam mendirikan “Syarikat Islam
Afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “Syarikat Islam
Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP. Nationale Islamietische
Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan
Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh
Pemuda Indonesia.
Lambang identitas dari INPO yang berupa bendera merah dan putih
berukuran 84 cm X 120 cm. Gerakan pramuka atau kepanduan di Indonesia
telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya
Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan di tahun
yang sama, di Jakarta didirikan Jong Indonesische Padvinderij
Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia
ini meleburkan diri menjadi satu, bernama Indonesische Nationale
Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak
mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antara Pandu
Indonesia” merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ
dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928. Federasi ini tidak dapat bertahan
lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan
Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java
Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java
Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan). PAPI kemudian berkembang menjadi
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April
1938.
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan Indonesia baik
yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama. Kepanduan yang
bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia (PI), Padvinders
Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita
(SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas
agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia
(KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen),
Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia
(KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan “All Indonesian
Jamboree”. Rencana ini mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu
pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti
dengan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan
dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
Perkembangan kepramukaan juga terjadi pada masa penjajahan Jepang. “Dai
Nippon” Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu.
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan
dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat
Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri. Namun upaya
menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat
kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.Karena Pramuka
merupakan suatu organisai yang menjungjung tinggi nilai persatuan.Oleh
karena itulah bangsa jepang tidak mengijinkan Pramuka tetap lahir di
bumi pertiwi.
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa
tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk
Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja,
menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh
bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan
Indonesia.
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di
Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan
ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan
“Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya
organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1
Februari 1947.
Namun sebelum Indonesia merdeka perkembangan pramuka mengalami
tahun-tahun sulit. Pandu Rakyat Indonesia sulit mengalami progress
karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus
1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56,
Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap
Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya
pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda,
Pandu Rakyat dilarang berdiri. Keadaan ini mendorong berdirinya
perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri
Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta
merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di
Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk
menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu
Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22
Januari 1950. Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi
baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk
menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah
suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya
organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K
nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan
pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah
kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1
Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah
keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organisasi
kepramukaan mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya
tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia
(IPINDO) sebagai suatu federasi. Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi
anggota kepramukaan sedunia. IPINDO merupakan federasi bagi organisasi
kepramukaan putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua
federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam
perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 IPINDO
menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu
pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta. IPINDO sebagai wadah pelaksana
kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat
gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup
kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari
1957. Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan kepramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun
kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat,
dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta,
maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut
Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada
tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke
Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
Gerakan Pramuka di Indonesia sendiri lahir pada tahun 1961. Maka
apabila membicarakan mengenai latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka,
perlu dikaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.
Dalam terbentuknya Gerakan Pramuka terdapat regulasi (peraturan) yang
timbul pada masa perintisan berdirinya Pramuka adalah Ketetapan MPRS
Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan
Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal
330 C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah
Pancasila. Mengenai penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan
pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana
Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian
kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme
(Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah untuk melaksanakannya.
Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan
tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di
Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa
kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan
harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi
satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri
atas :
Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Menteri P dan K, Prof. Prijono
Menteri Pertanian, Dr.A. Azis Saleh
Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi.
Untuk mengesahkan kepanitian tersebut ditetapkan, Keputusan Presiden RI
No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu
Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka. Ada perbedaan sebutan atau tugas
panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih
dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121
Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan
Pramuka.
Anggota Panitia ini terdiri atas :
Sri Sultan Hamengku Buwono IX,
Prof. Prijono,
Dr. A. Azis Saleh,
Achmadi
Menteri Sosial, Muljadi Djojo Martono
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka,
sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20
Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu:
Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan
yang mewakili organisasi kepanduan yang ada di Indonesia tanggal 9 Maret
1961 di Istana Negara yang kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN
PRAMUKA.
Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961,
tentang Gerakan Pramuka menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya
organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan
kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan
pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya.
Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan
Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk
pendidikan di lingkungan ke tiga yang disebut sebagai HARI PERMULAAN
TAHUN KERJA.
Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan
ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di
Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini
kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti
defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului
dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini
terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini
kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Riwayat hidup Baden Powell
Logo Gerakan Kepanduan Dunia, WOSM (World Organization of Scout
Movement. Gerakan kepanduan (Scouting) adalah sebuah gerakan pembinaan
pemuda yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri dari
berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita, yang
bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya dan
mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat. Tujuan
ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan non-formal
kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan. Saat ini,
terdapat lebih dari 38 juta anggota kepanduan dari 217 negara dan
teritori.
Tahun 1907 Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan
bersenjata Britania raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy’s
Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai
jamboree) di Kepulauan Brownsea, Inggris. Langkah tersebut sebagai
pencetusan berdirinya Gerakan Pramuka sedunia. Bodden Powell dilahirkan
pada tanggal 22 Februari 1857 di London, Inggris dengan nama Robert
Stephenson Smyth. Ayahnya bernama Powell seorang Professor Geometry di
Universitas Oxford, yang meninggal ketika Stephenson masih kecil. Nama
sesungguhnya ialah Robert Stepenshon Smyth. Ayahnya adalah seorang
Profesor Geometri di Universitas Oxford bernama Boden Powell yang
meninggal ketika Stepenshon masih kecil.Lahirnya pendidikan Gerakan
Pramuka diilhami oleh pengalaman semasa hidupnya diantaranya adalah :
Karena ditinggal bapak sejak kecil, maka mendapatkan pembinaan watak ibunya.
Dari kakaknya mendapat latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olah raga dan lain-lainnya.
Sifat Baden Powell yang sangat cerdas, gembira, lucu, suka main
musik, bersandiwara, berolah raga, mengarang dan menggambar sehingga
disukai teman-temannya.
Pengalaman di India sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri
yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta
keberhasilan melatih panca indera kepada Kimball O’Hara.
Terkepung bangsa Boer di kota Mafeking, Afrika Selatan selama 127 hari dan kekurangan makan.
Pengalaman mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung manik kayu milik Raja Dinizulu.
Pengalaman mengalahkan Kerajaaan Zulu di Afrika dan mengambil kalung
manik kayu milik Raja Dinizulu.Semua pengalaman hidupnya ditulis dalam
sebuah buku yang berjudul ‘Aids to Scouting’. Buku ini sebenarnya
berisikan petunjuk petunjuk kepada tentara muda inggris agar dapat
melakukan tugas penyelidikan dengan baik. Buku ini sangat menarik bukan
hanya bagi para pemuda bahkan juga orang dewasa.
Seorang pemimpin Boys Brigade di Inggris yang bernama tuan William
Smyth meminta beliau untuk melatih anggotanya sesuai dengan
cerita-cerita pengalaman beliau yang terdapat dalam buku ‘Aids to
Scouting’.
Akhirnya dipanggillah 21 pemuda dari Boys Brigade dari berbagai
wilayah negeri Inggris untuk diajak berkemah dan berlatih di pulau
Brownsea pada tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Pada tahun 1901 beliau
meminta pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jendral.
Pada tahun 1929, beliau mendapat titel Lord dari Raja George. Beliau
menikah dengan Olave St Clair Soames dan dianugrahi 3 orang anak. Beliau
meninggal pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
Awal tahun 1908 Bodden Powell menulis pengalamannya dalam sebuah buku
yang berjudul ‘Scouting For Boys’, buku ini sebagai pembungkus acara
latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada mulanya latihan ini ditujukan
kepada anak laki-laki usia penggalang yang disebut Boys Scout. Tetapi
kemudian atas bantuan Agnes adik perempuannya didirikan sebuah
organisasi kepramukaan putri yang diberi nama Girl Guides yang kemudian
dilanjutkan oleh Nyonya Boden Powell.
Tahun 1910 BP pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan
Jenderal. Pada tahun 1912 menikah dengan Ovale St. Clair Soames dan
dianugerahi 3 orang anak. Beliau mendapat titel Lord dari Raja George.
Pada tahun 1929 Baden Powell meninggal tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri,
Kenya, Afrika.
Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk acara latihan
kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini dibuat buku dengan
judul “Scouting For Boys”. Buku ini cepat tersebar di Inggris dan
negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi kepramukaan yang
semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan
organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang
kemudian diteruskan oleh istri beliau. Tahun 1914 Bodel Powell mulai
menulis petunjuk untuk kursus pembina Pramuka. Rencana ini baru dapat
dilaksanakan pada tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F.de Bois
Macleren, Boden Powell mendapat sebidang tanah di Chingford, yang
digunakan sebagai tempat pendidikan pembina Pramuka. Tempat ini terkenal
dengan nama Gillwel Park.
Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga yang disebut CUB (Anak
Serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai
pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli si anak rimba
yang dipelihara di hutan oleh induk serigala sebagai cerita pembungkus
kegiatan CUB tersebut. Tahun 1918 Boden Powell membentuk Rover Scout
(Pramuka usia penegak) bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Tahun
1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Success (Mengembara Menuju
Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh
sampannya menuju ke pantai bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di Olympia Hall,
London. Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan pada saat itu Baden
Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World).
Tahun 1924 Jambore II di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
Tahun 1929 Jambore III di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
Tahun 1933 Jambore IV di Godollo, Budapest, Hongaria
Tahun 1937 Jambore V di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda
Tahun 1947 Jambore VI di Moisson, Perancis
Tahun 1951 Jambore VII di Salz Kamergut, Austria
Tahun 1955 Jambore VIII di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
Tahun 1959 Jambore IX di Makiling, Philipina
Tahun 1963 Jambore X di Marathon, Yunani
Tahun 1967 Jambore XI di Idaho, Amerika Serikat
Tahun 1971 Jambore XII di Asagiri, Jepang
Tahun 1975 Jambore XIII di Lillehammer, Norwegia
Tahun 1979 Jambore XIV di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan
Tahun 1983 Jambore XV di Kananaskis, Alberta, Kanada
Tahun 1987 Jambore XVI di Cataract Scout Park, Australia
Tahun 1991 Jambore XVII di Korea Selatan
Tahun 1995 Jambore XVIII di Belanda
Tahun 1999 Jambore XIX di Chili, Amerika Selatan
Tahun 2003 Jambore XX di Thailand
Tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro
Sekretariatnya di London, Inggris dan tahun 1958 Biro Kepramukaan
sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa Kanada. Tanggal 1 Mei 1968
Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke Geneva, Swiss. Sejak tahun
1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dipegang berturut-turut
oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J.S. Nilson (Inggris), Mayjen D.C.
Spry (Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh R.T. Lund 1 Mei 1968
diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen. Tahun 1922 Boden
Powell menerbitkan buku ‘Rovering to Success’ (Mengembara menuju
bahagia), yang berisi petunjuk bagi pramuka penegak dalam menghadapi
hidupnya.
Biro Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa
Rica, Mesir, Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro kepramukaan
Sedunia Putri bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia
Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin. Tanggal 1 Mei 1968 Biro
Kepramukaan se Dunia (putra) dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak
tahun 1920 sampai 1965 kepala Biro Kepramukaan se Dunia ini dipegang
berturut-turut oleh Hubert Martin (Inggris), Kol J.S. Wilson (Inggris),
Mayjen D.C Spry (Canada). Tahun 1965 DC Spray diganti oleh R.T Lund dan
sejak 1968 sampai sekarang dipegang oleh DR. Lasza Nagy sebagai sekjen.
Biro Kepramukaan sedunia (putra) hanya mempunyai 40 orang tenaga staf
yang ada di Genewa dan di 5 kantor kawasan, yaitu di Costa Rica, Mesir,
Philipine, Swiss dan Nigeria. Biro Kepramukaan sedunia putri sampai
sekarang tetap berada di London dan juga mempunyai kantor di 5 kawasan
yaitu Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.
Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan
pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, dari
serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan
tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih
untuk menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu
militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan
tapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke
seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka
selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat
mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan
atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela
tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian
digunakan sebagai logo dari gerakan Pramuka internasional.
Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya
dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang
berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku
terlaris saat itu. Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan
Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of
the Woodcraft Indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang
tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan
Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda.
Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali
bukunya, Aids to Scouting, dengan versi baru yang diberi judul Boy’s
Patrols. Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi
para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia
mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan
masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di
kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal
dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi
kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini
mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil,
kemudian menunjuk salah satu diantara mereka untuk menjadi ketua
kelompok tersebut.
Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan
dengan sukses, Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan
oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris.
Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting fo
Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (Boy Scout
Handbook) edisi pertama.
Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru
untuk beberapa oraganisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang terjadi,
beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta
Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai
mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan
organisasi yang mereka dirikan tersebut.
Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin
kesulitan membimbing mereka; Ia membutuhkan asisten untuk membantunya.
Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah Pusat Pelatihan
Kepemimpinan bagi Orang Dewasa (Adult Leadership Training Center). Pada
tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan
tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to
Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan
disatukan dalam buku berjudul Rovering to Success for Rover Scouts pada
tahun 1922.
Sekalipun Gerakan Kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak
terinspirasi Frederick Russell Burnham, org Amerika yg membantu Inggris
di Afsel. Burnham banyak belajar tehnik hidup di alam bebas dr ayahnya
yg menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang Indian.
Burnham yg sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian, lalu
pergi ke Afsel & berkenalan dg Baden-Powell di Perang Boer. Dari
Burnham lah Baden-Powell menyusun berbagai ketrampilan2 dasar yg
diperlukan seorang Boy Scout (Pandu). Terinspirasi org Indian.
Selanjutnya di Gerakan Kepanduan, Burnham diangkat sebagai “Kepala Suku”
pertama dari gerakan yg didirikan Baden-Powell.
Gerakan Pramuka Diperkenalkan di Indonesia
Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Lambang
dari gerakan gerakan ini adalah bayangan tunas kelapa. Lambang tersebut
diciptakan oleh Sunardjo Atmodipuro, karena ia berfikir bahwa seluruh
bagian dari pohon kelapa bermanfaat. Diharapkan dengan lambang itu, para
pramuka bisa memberi banyak manfaat bagi dirinya dan lingkungan
sekitar.
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada
Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh
masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No. 238 Tahun 1961 perlu ada
pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar
Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan
Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara
simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri
atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17
orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya
seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus
1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70
anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di
antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua
I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A.
Aziz Saleh. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua
merangkap Ketua Kwarnari. Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan
kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja
di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di
Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar
yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan
berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik
anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan
menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji
Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang
diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14
Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap
tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Orgnasasi Pramuka Indonesia di seputaran tahun 1920-an. Lambang Gerakan
Pramuka (menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) adalah tunas
kelapa, dikenakan pada kerah kiri baju pramuka dan Lambang WOSM yang
dikenakan pada kerah kanan baju pramuka puteri. Sedangkan untuk
putera,Lambang Gerakan Pramuka dikenakan pada kantung sebelah kiri,
sedangkan Lambang WOSM pada kantung sebelah kanan kemeja. Emblem lokasi
wilayah Gerakan Pramuka (berdasarkan provinsi) dikenakan pada lengan
sebelah kanan baju Pramuka.
Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di
Kopenhagen, Denmark, maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas,
yaitu :
Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan
kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan
keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara
manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan
dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa
membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja.
Tidak lama setelah buku Scouting For Boys diterbitkan, Pramuka mulai
dikenal di seluruh Inggris dan Irlandia. Gerakannya sendiri, secara
perlahan tapi pasti, mulai dicoba dan diterapkan diseluruh wilayah
kerajaan Inggris dan koloninya. Unit kepanduan di luar wilayah kerajaan
Inggris yang pertama diakui keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar pada
tahun 1908, yang kemudian diikuti oleh pembentukan unit lainnya di
Malta. Kanada ialah koloni Inggris pertama yang mendapat ijin dari
kerajaan Inggris untuk mendirikan gerakan kepanduan, diikuti oleh
Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Chili ialah negara pertama
diluar Inggris dan koloninya yang membentuk gerakan kepanduan. Parade
Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace, London pada tahun 1910.
Parade tersebut menarik minat para remaja di Inggris. Tidak kurang dari
10.000 remaja putra dan putri tertarik untuk bergabung dalam kegiatan
kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman,
Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia, Russia, Singapura, Swedia,
dan Amerika Serikat tercatat telah memiliki organisasi kepramukaan.
Semenjak didirikan, Gerakan Pramuka yang memfokuskan program pada remaja
usia 11-18 tahun telah mendapat respon yang menggembirakan, anggota
bertambah dengan cepat. Kebutuhan program pun dengan sendirinya
bertambah. Untuk memenuhi keinginan dan ketertarikan para generasi muda
pada saat itu, gerakan pramuka menambah empat program dalam
organisasinya untuk melebarkan lingkup keanggotaan gerakan pramuka.
Keempat prpogram tersebut meliputi : Pendidikan Generasi Muda usia dini,
Usia Remaja, pendidikan kepanduan putri, dan pendidikan kepemimpinan
bagi pembina.
Program untuk golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/pandega
mulai disusun pada akhir tahun 1910 di beberapa negara. Terkadang,
kegiatan kegiatan tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ ranting yang
dikelola dalam skala kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh
kwartir nasional. Kasus serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di
Amerika Serikat, yang program golongan siaganya telah dimulai sejak 1911
di tingkat ranting namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930.
Sejak awal didirikannya gerakan kepanduan, para remaja putri telah
mengisyaratkan besarnya minat mereka untuk bergabung. Untuk
mengakomodasi minat tersebut, Agnes Baden Powell adik dari bapak
kepanduan sedunia, Robert Baden Powell, pada tahun 1910 ditunjuk menjadi
presiden organiasi kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya
menamakan organisasi tersebut Rosebud, yang kemudian berganti menjadi
Brownies (Girl Guide) pada 1914. Agnes mundur dari kursi presiden pada
tahun 1917 dan digantikan oleh Olive Baden Powell, istri dari Lord
Baden-Powell. Agnes tetap menjabat sebagai wakil presiden hingga ia
meninggal pada usia 86 tahun. Pada waktu tersebut, kepanduan putri telah
diposisikan sebagai unit terpisah dari kepanduan pria, hal tersebut
dilakukan menimbang norma sosial yang berlaku saat tersebut. Pada era
90-an, Banyak organisasi kepanduan di dunia yang saling bekerjasama
antara unit putra dan putri untuk memberikan pendidikan kepanduan.
Program awal bagi pendidikan pembina diadakan di London pada tahun 1910,
dan di Yorkshire pada tahun 1911. Namun, Baden Powell menginginkan
pendidikan tersebut dapat dipraktekkan semaksimal mungkin. Hal tersebut
berarti bahwa dalam setiap pendidikan diperlukan praktek lapangan
semisal berkemah. Hal ini membimbing pembentukan kursus Woodbadge.
Akibat Perang Dunia I, pendidikan woodbadge bagi para pembina tertunda
hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan kursus woodbadge
pertama di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi pembina telah
beragam dan memiliki cakupan yang luas. Beberapa pendidikan yang cukup
terkenal bagi pembina, seperti Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik
golongan, hingga kursus Woodbadge.
Sampai tahun 2005, terdapat lebih dari 28 juta anggota terdaftar
kepanduan putra dan 10 juta anggota terdaftar kepanduan putri di seluruh
dunia dari 216 negara dan teritori berbeda.
Daftar 20 besar negara-negara dengan jumlah anggota pramuka terbesar:
Negara
Keanggotaan
Tahun Berdiri
Kepanduan Putra
Kepanduan Putri
Amerika Serikat 9,500,000 1910 1912
Indonesia 8,100,000 1912 1912
India 3,700,000 1909 1911
Filipina 2,600,000 1910 1918
Thailand 1,400,000 1911 1957
Britania Raya 1,000,000 1907 1909
Bangladesh 950,000 1920 1928
Pakistan 570,000 1909 1911
Kenya 420,000 1910 1920
Korea 280,000 1922 1946
Kanada 260,000 1908 1910
Jerman 260,000 1910 1912
Jepang 240,000 1913 1919
Italia 210,000 1912 1912
Nigeria 160,000 1915 1919
Polandia 160,000 1910 1910
Prancis 150,000 1910 1911
Belgia 150,000 1911 1915
Hong Kong 150,000 1914 1916
Malaysia 140,000 1911 1916
Ketentuan dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip
dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti
tersebut di atas ternyata banyak membawa perubahan sehingga pramuka
mampu mengembangkan kegiatannya. Gerakan pramuka ternyata lebih kuat
organisasinya dan cepat berkembang dari kota ke desa.
Kemajuan Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing yang
dijalankan di tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus
Depan. Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan
dan 75 % adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka
menganjurkan supaya para pramuka mengadakan kegiatan di bidang
pembangunan desa. Pelaksanaan anjuran ini terutama di Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat menarik perhatian Pimpinan
Masyarakat. Maka tahun 1966 Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional
mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya Taruna Bumi.
Kemudian diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan Bahari.
Untuk menghadapi problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970
menteri Transmigrasi dan Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan
instruksi bersama tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam
penyelenggaraan transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan
pramuka dilanjutkan dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan
kegiatan dan pembangunan bangsa dengan berbagai instansi
terkait.